(Tulisan ini dimuat pada Majalah FORSEL Edisi #9 2010)
Perlahan tapi pasti,
masyarakat umum pengguna ponsel mulai mengenal, apa itu Android. Bulan Februari
tahun lalu menjadi tonggak sejarah penting bagi Android karena diluncurkannya
OS 1.1. Belum genap dua tahun dari versi tersebut hadir di tengah peta
persaingan sistem operasi ponsel pintar, kini Android ramai-ramai dibenamkan ke
ponsel, tablet, laptop, bahkan rumor terbaru yang mengatakan Sony dan Google
akan mengeluarkan gaming handheld
berbasis Android 3.0. Wow!
Perjalanan OS Android, mulai 1.5 Cupcake hingga 3.0
Gingerbread menjadi pembahasan yang tak ada habisnya. Semua pihak vendor
ataupun perusahaan yang tergabung dalam Open
Handset Alliance (OHA) memberikan sumbangan pikiran yang luar biasa besar
untuk proyek ini. Padahal sebelumnya, Google hanya disangka akan mengeluarkan Google Phone belaka dengan OS Android,
dan tidak pernah disangka kalau pihak yang turut bekerja-sama dalam konsorsium
ini bisa sedemikian besar. Tak heran jika dalam kurun satu tahun, OS Android
mengalami perubahan yang signifikan.
Tiap OS yang baru memiliki penambahan fitur atau fungsi
yang memaksimalkan kemampuan hardware
yang diusung ponsel. Meski demikian, tak jarang pihak vendor melakukan
perubahan atau kustomisasi dari segi user
interface ataupun fitur, meski OS tersebut belum memiliki kemampuan
melakukannya secara native. (*)
Android
1.5 Cupcake
Diluncurkan pada bulan
April tahun lalu, codename ‘Cupcake’
diberikan untuk firmware ponsel yang
menggunakannya. Hanya berselang dua bulan dari OS 1.1, Cupcake menawarkan perubahan besar dan kemampuan untuk menjadikan
ponsel Android sebagai sebuah smartphone
yang sebenarnya. Fitur standar seperti kemampuan memotret dan merekam video
sudah tersedia pada Cupcake. Meski
belum mendukung file transfer untuk
Bluetooth, namun fasilitas A2DP sudah dimilikinya. Tambahan baru seperti
kemampuan mengunggah video ke YouTube dan foto ke Picasa (keduanya dimiliki
oleh Google) juga dibenamkan.
Dari segi kosmetik tampilan, Cupcake juga sudah dilengkapi animasi layar untuk transisi menu.
Pada home screen pun sudah bisa
diletakkan widget atau folder yang
mengacu pada program atau apliaksi yang ada pada ponsel. Untuk saat ini, hanya
sedikit sekali ponsel yang masih menggunakan Cupcake. Meski terkesan tidak istimewa, pada saat Cupcake diluncurkan dan bisa diunduh
secara OTA, para pengguna ponsel HTC G1 bersorak dengan gembira. Kegembiraan
yang tak berlangsung lama, karena setelahnya banyak ponsel Android dari vendor
lain yang muncul ke permukaan.
Android
1.6 Donut
Berselang empat bulan, yakni pada September 2009, OS v1.6 Donut diluncurkan.
Inilah OS yang pada masanya paling banyak digunakan oleh vendor yang mengusung
OS Android. Dari segi perubahan, Donut
menawarkan fungsi Android Market yang
lebih baik. Pada Donut juga sudah tersedia galeri khusus untuk hasil
jepretan dan rekaman video. Pengguna juga bisa lebih mudah memilih lebih dari
satu foto atau gambar untuk dihapus. Peningkatan lain juga dilakukan untuk
fungsi voice dial.
Yang paling menjanjikan tentu saja kemampuan Donut untuk mendukung konektivitas
CDMA/EVDO, WiFi 802.1x yang lebih baru, Virtual
Private Network (VPN), dan fungsi text-to-speech.
Dari segi dukungan layar, Donut juga
mendukung resolusi Wide Video Graphics
Array (WVGA) atau teknologi layar lebar dengan perbandingan di luar 4:3
namun dengan tinggi tetap 480 piksel. Contoh paling menjanjikan untuk lebar
layar ini bisa dilihat pada Xperia X10 yang mengusung layar 480 x 854 piksel.
Sayangnya, Donut hanya mendukung kedalaman
warna hingga 65 ribu meski kemampuan hardware
misalnya sudah 16 juta warna. Pada versi ini juga, kemampuan Bluetooth File Transfer belum dibenamkan
meski sudah bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi.
Android
2.0/2.1 Eclairs
Merupakan
sistem operasi Android andalan yang berada di saat booming Android terjadi. Di Amerika, Motorola Droid yang berbasis
CDMA menggunakan OS 2.0 yang tak lama kemudian diupgrade ke 2.1. Masa-masa ini
pula yang membuat pengguna ponsel Android dengan Donut dan Cupcake merasa
senang maupun kecewa. Senang karena banyaknya perubahan ke arah yang lebih
baik, dan kecewa karena beberapa vendor lambat atau tidak sama sekali
memberikan upgrade ke Eclairs. OS ini pula yang memiliki
banyak varian ROM hasil kustomisasi pengguna dan tersebar di Internet.
Perubahan paling signifikan terdapat pada kemampuan browser untuk mendukung HTML5. Tampilan
layar maupun menu juga diperbaiki seiring dengan bertambahnya jumlah layar
utama menjadi tujuh. Fungsi multi-touch
pada layar juga baru didukung sepenuhnya pada Eclairs. Fungsi kamera juga
mendapat perbaikan dari segi dukungan lampu flash
dan zoom digital. OS ini juga yang memaksimalkan fungsi kedalaman warna lebih
dari 65 ribu. Bisa dibilang, secara native
OS ini sudah memenuhi standar sebuah smartphone.
Perubahan ke depan lebih pada kemampuan tambahan serta fitur-fitur khusus
seperti Adobe Flash full version
(bukan Lite).
Android
2.2 Frozen Yoghurt (FroYo)
Tercatat
saat ini, saat tulisan ini dibuat, baru sedikit ponsel Android yang diberikan
update resmi untuk FroYo. Memang
Google sudah meluncurkan resmi FroYo pada Mei kemarin, namun yang pertama kali
mendapatkannya tak lain sang Nexus One, si saudara kembar HTC Desire. Yang lain
masih menunggu kabar dari pihak vendor
untuk menyesuaikan user interface
mereka dengan OS ini. Mengenai perubahan, ponsel yang menggunakan FroYo akan meningkat performanya secara
keseluruhan berkat optimalisasi prosesor dan memori.
Secara native
pula v2.2 FroYo mendukung Microsoft
Exchange Support. Tanpa bantuan aplikasi tambahan, FroYo juga memberikan
fasilitas USB Tethering dan WiFi HotSpot untuk membagi koneksi internetnya.
FroYo juga memiliki fungsi mengaktifkan atau menonaktifkan Data Access yang tidak dimiliki pada OS sebelumnya. Pengguna juga
bisa mengirimkan nomor kontak via Bluetooth dan menggunakan fitur voice dial melalui headset Bluetooth. Peningkatan
paling ditunggu dari OS ini tak lain dari kemampuannya mendukung Adobe Flash
secara penuh, yakni Adobe Flash 10.1, dan kemampuan menginstall aplikasi ke
memori eksternal.
Android
3.0 Gingerbread
Rumor
terbaru mengatakan bahwa Sony dan Google berencana mengeluarkan sejenis PSP-Phone yang diyakini mengusung OS
Android 3.0 Gingerbread. Produk yang mengawinkan kemampuan handheld gaming pada PlayStation Portable, fitur ponsel dari Sony Ericsson, dan OS Android dari
Google. Benar atau tidaknya rumor ini masih belum bisa dipastikan. Namun yang
jelas, “ide” yang ditawarkan bukanlah hal yang mustahil.
Dari keterangan resmi Google, OS Gingerbread dikabarkan
akan mendukung pemutar video WebM dan
fungsi copy-paste yang disempurnakan.
Sementara, yang juga masih rumor, hadirnya Android Market sebagai music store serta dukungan layar dan
resolusi yang lebih besar hingga 1366 x 768 piksel. Resolusi layar yang patut ditunggu
jika Google ingin tetap bersaing dengan iPhone. Karena iPhone 4 kini mendukung
resolusi 640 x 960 pixels meski ukuran layar hanya 3.5 inchi.
Custom
UI
Ketika dua atau lebih
ponsel Android dengan OS yang sama namun dari vendor yang berbeda disejajarkan,
pengguna akan bingung mencari kesamaannya jika tidak mengulik lebih jauh. Ya,
berkat sistemnya yang open source,
pihak vendor ramai-ramai memberikan ‘nilai lebih’ pada tampilan layar atau menu
ponsel keluarannya. Contohnya seperti HTC Sense UI untuk ponsel keluaran HTC
(tak hanya Android), Samsung TouchWiz (juga tidak hanya untuk Android), Sony
Ericsson dengan UXP Platform dan LG dengan S-Class UI. Pengaplikasian yang
paling unik bisa dilihat pada X10 MiniPro, di mana tiap layar hanya bisa diisi
satu widget dan di tiap sudut
diberikan shortcut khusus yang bisa
diubah-ubah.
Tak hanya dari segi tampilan, vendor pun bebas dan
berlomba-lomba menambahkan fitur yang belum tersedia di OS tersebut. Contoh
kecilnya adalah kemampuan ponsel Android dari Samsung yang bisa memutar video
DivX/XviD. Contoh lain seperti kemampuan Wireless
Tethering yang bisa diberikan langsung oleh vendor seperti HuaWei Aviator serta
Samsung Galaxy S dan USB Tethering
untuk hampir semua ponsel dari HTC Android.
Ketika memilih ponsel Android, setidaknya selain versi OS
dan spesifikasi hardware, fitur
bawaan dari vendor juga menjadi pertimbangan. Patut disimak bagaimana Sony
Ericsson Xperia X10 yang masih menggunakan 1.6 Donut namun memiliki kemampuan
Bluetooth File Transfer seperti di OS 2.0/2.1. Semua pilihan ada di tangan
pengguna. Tinggal bagaimana vendor mengatur strategi menarik perhatian mereka. (*)
No comments:
Post a Comment