Friday 25 November 2016

Evolusi Android vs Kustomisasi Vendor



(Tulisan ini dimuat pada Majalah FORSEL Edisi #9 2010)
Perlahan tapi pasti, masyarakat umum pengguna ponsel mulai mengenal, apa itu Android. Bulan Februari tahun lalu menjadi tonggak sejarah penting bagi Android karena diluncurkannya OS 1.1. Belum genap dua tahun dari versi tersebut hadir di tengah peta persaingan sistem operasi ponsel pintar, kini Android ramai-ramai dibenamkan ke ponsel, tablet, laptop, bahkan rumor terbaru yang mengatakan Sony dan Google akan mengeluarkan gaming handheld berbasis Android 3.0. Wow!
            Perjalanan OS Android, mulai 1.5 Cupcake hingga 3.0 Gingerbread menjadi pembahasan yang tak ada habisnya. Semua pihak vendor ataupun perusahaan yang tergabung dalam Open Handset Alliance (OHA) memberikan sumbangan pikiran yang luar biasa besar untuk proyek ini. Padahal sebelumnya, Google hanya disangka akan mengeluarkan Google Phone belaka dengan OS Android, dan tidak pernah disangka kalau pihak yang turut bekerja-sama dalam konsorsium ini bisa sedemikian besar. Tak heran jika dalam kurun satu tahun, OS Android mengalami perubahan yang signifikan.
            Tiap OS yang baru memiliki penambahan fitur atau fungsi yang memaksimalkan kemampuan hardware yang diusung ponsel. Meski demikian, tak jarang pihak vendor melakukan perubahan atau kustomisasi dari segi user interface ataupun fitur, meski OS tersebut belum memiliki kemampuan melakukannya secara native. (*)

 Android 1.5 Cupcake
Diluncurkan pada bulan April tahun lalu, codename ‘Cupcake’ diberikan untuk firmware ponsel yang menggunakannya. Hanya berselang dua bulan dari OS 1.1, Cupcake menawarkan perubahan besar dan kemampuan untuk menjadikan ponsel Android sebagai sebuah smartphone yang sebenarnya. Fitur standar seperti kemampuan memotret dan merekam video sudah tersedia pada Cupcake. Meski belum mendukung file transfer untuk Bluetooth, namun fasilitas A2DP sudah dimilikinya. Tambahan baru seperti kemampuan mengunggah video ke YouTube dan foto ke Picasa (keduanya dimiliki oleh Google) juga dibenamkan.
            Dari segi kosmetik tampilan, Cupcake juga sudah dilengkapi animasi layar untuk transisi menu. Pada home screen pun sudah bisa diletakkan widget atau folder yang mengacu pada program atau apliaksi yang ada pada ponsel. Untuk saat ini, hanya sedikit sekali ponsel yang masih menggunakan Cupcake. Meski terkesan tidak istimewa, pada saat Cupcake diluncurkan dan bisa diunduh secara OTA, para pengguna ponsel HTC G1 bersorak dengan gembira. Kegembiraan yang tak berlangsung lama, karena setelahnya banyak ponsel Android dari vendor lain yang muncul ke permukaan.

 
Android 1.6 Donut
Berselang empat bulan, yakni pada September 2009, OS v1.6 Donut diluncurkan. Inilah OS yang pada masanya paling banyak digunakan oleh vendor yang mengusung OS Android. Dari segi perubahan, Donut menawarkan fungsi Android Market yang lebih baik. Pada Donut  juga sudah tersedia galeri khusus untuk hasil jepretan dan rekaman video. Pengguna juga bisa lebih mudah memilih lebih dari satu foto atau gambar untuk dihapus. Peningkatan lain juga dilakukan untuk fungsi voice dial.
            Yang paling menjanjikan tentu saja kemampuan Donut untuk mendukung konektivitas CDMA/EVDO, WiFi 802.1x yang lebih baru, Virtual Private Network (VPN), dan fungsi text-to-speech. Dari segi dukungan layar, Donut juga mendukung resolusi Wide Video Graphics Array (WVGA) atau teknologi layar lebar dengan perbandingan di luar 4:3 namun dengan tinggi tetap 480 piksel. Contoh paling menjanjikan untuk lebar layar ini bisa dilihat pada Xperia X10 yang mengusung layar 480 x 854 piksel. Sayangnya, Donut hanya mendukung kedalaman warna hingga 65 ribu meski kemampuan hardware misalnya sudah 16 juta warna. Pada versi ini juga, kemampuan Bluetooth File Transfer belum dibenamkan meski sudah bisa dilakukan dengan bantuan aplikasi.

 
Android 2.0/2.1 Eclairs
Merupakan sistem operasi Android andalan yang berada di saat booming Android terjadi. Di Amerika, Motorola Droid yang berbasis CDMA menggunakan OS 2.0 yang tak lama kemudian diupgrade ke 2.1. Masa-masa ini pula yang membuat pengguna ponsel Android dengan Donut dan Cupcake merasa senang maupun kecewa. Senang karena banyaknya perubahan ke arah yang lebih baik, dan kecewa karena beberapa vendor lambat atau tidak sama sekali memberikan upgrade ke Eclairs. OS ini pula yang memiliki banyak varian ROM hasil kustomisasi pengguna dan tersebar di Internet.
            Perubahan paling signifikan terdapat pada kemampuan browser untuk mendukung HTML5. Tampilan layar maupun menu juga diperbaiki seiring dengan bertambahnya jumlah layar utama menjadi tujuh. Fungsi multi-touch pada layar juga baru didukung sepenuhnya pada Eclairs. Fungsi kamera juga mendapat perbaikan dari segi dukungan lampu flash dan zoom digital. OS ini juga yang memaksimalkan fungsi kedalaman warna lebih dari 65 ribu. Bisa dibilang, secara native OS ini sudah memenuhi standar sebuah smartphone. Perubahan ke depan lebih pada kemampuan tambahan serta fitur-fitur khusus seperti Adobe Flash full version (bukan Lite).

Android 2.2 Frozen Yoghurt (FroYo)
Tercatat saat ini, saat tulisan ini dibuat, baru sedikit ponsel Android yang diberikan update resmi untuk FroYo. Memang Google sudah meluncurkan resmi FroYo pada Mei kemarin, namun yang pertama kali mendapatkannya tak lain sang Nexus One, si saudara kembar HTC Desire. Yang lain masih menunggu kabar dari pihak vendor untuk menyesuaikan user interface mereka dengan OS ini. Mengenai perubahan, ponsel yang menggunakan FroYo akan meningkat performanya secara keseluruhan berkat optimalisasi prosesor dan memori.
            Secara native pula v2.2 FroYo mendukung Microsoft Exchange Support. Tanpa bantuan aplikasi tambahan, FroYo juga memberikan fasilitas USB Tethering dan WiFi HotSpot untuk membagi koneksi internetnya. FroYo juga memiliki fungsi mengaktifkan atau menonaktifkan Data Access yang tidak dimiliki pada OS sebelumnya. Pengguna juga bisa mengirimkan nomor kontak via Bluetooth dan menggunakan fitur voice dial melalui headset Bluetooth. Peningkatan paling ditunggu dari OS ini tak lain dari kemampuannya mendukung Adobe Flash secara penuh, yakni Adobe Flash 10.1, dan kemampuan menginstall aplikasi ke memori eksternal.

 
Android 3.0 Gingerbread
Rumor terbaru mengatakan bahwa Sony dan Google berencana mengeluarkan sejenis PSP-Phone yang diyakini mengusung OS Android 3.0 Gingerbread. Produk yang mengawinkan kemampuan handheld gaming pada PlayStation Portable, fitur ponsel dari Sony Ericsson, dan OS Android dari Google. Benar atau tidaknya rumor ini masih belum bisa dipastikan. Namun yang jelas, “ide” yang ditawarkan bukanlah hal yang mustahil.
            Dari keterangan resmi Google, OS Gingerbread dikabarkan akan mendukung pemutar video WebM dan fungsi copy-paste yang disempurnakan. Sementara, yang juga masih rumor, hadirnya Android Market sebagai music store serta dukungan layar dan resolusi yang lebih besar hingga 1366 x 768 piksel. Resolusi layar yang patut ditunggu jika Google ingin tetap bersaing dengan iPhone. Karena iPhone 4 kini mendukung resolusi 640 x 960 pixels meski ukuran layar hanya 3.5 inchi.

Custom UI
Ketika dua atau lebih ponsel Android dengan OS yang sama namun dari vendor yang berbeda disejajarkan, pengguna akan bingung mencari kesamaannya jika tidak mengulik lebih jauh. Ya, berkat sistemnya yang open source, pihak vendor ramai-ramai memberikan ‘nilai lebih’ pada tampilan layar atau menu ponsel keluarannya. Contohnya seperti HTC Sense UI untuk ponsel keluaran HTC (tak hanya Android), Samsung TouchWiz (juga tidak hanya untuk Android), Sony Ericsson dengan UXP Platform dan LG dengan S-Class UI. Pengaplikasian yang paling unik bisa dilihat pada X10 MiniPro, di mana tiap layar hanya bisa diisi satu widget dan di tiap sudut diberikan shortcut khusus yang bisa diubah-ubah.
            Tak hanya dari segi tampilan, vendor pun bebas dan berlomba-lomba menambahkan fitur yang belum tersedia di OS tersebut. Contoh kecilnya adalah kemampuan ponsel Android dari Samsung yang bisa memutar video DivX/XviD. Contoh lain seperti kemampuan Wireless Tethering yang bisa diberikan langsung oleh vendor seperti HuaWei Aviator serta Samsung Galaxy S dan USB Tethering untuk hampir semua ponsel dari HTC Android.
            Ketika memilih ponsel Android, setidaknya selain versi OS dan spesifikasi hardware, fitur bawaan dari vendor juga menjadi pertimbangan. Patut disimak bagaimana Sony Ericsson Xperia X10 yang masih menggunakan 1.6 Donut namun memiliki kemampuan Bluetooth File Transfer seperti di OS 2.0/2.1. Semua pilihan ada di tangan pengguna. Tinggal bagaimana vendor mengatur strategi menarik perhatian mereka. (*)

No comments:

Post a Comment