Saturday 26 November 2016

Spam SMS: Efektif tapi Menjengkelkan

(Tulisan ini dimuat pada Majalah FORSEL Edisi #1 2011)
 
Budi dan Wati, pasangan serasi itu, tampak sering cekcok. Alasannya, Wati sering kesal karena Budi seringkali tidak membalas SMSnya, atau SMS yang terkirim seringkali pending. Padahal sebenarnya Budi merupakan korban dari Spam SMS yang banyak masuk ke ponselnya. Ponsel budi yang memang terbilang jadul itu pun tak kuasa menampung puluhan SMS ‘sampah’ yang masuk tiap hari. Akibatnya SMS dari Wati seringkali ‘nyangkut’.

Kisah di atas bukanlah tidak mungkin terjadi. Di saat gempuran ponsel pintar ataupun ponsel Cina yang murah meriah, masih banyak pengguna ponsel yang kapasitas Inbox-nya terbatas. Jika dikombinasikan, total SMS yang bisa ditampung biasanya tak lebih dari lima puluh, dan itupun sudah termasuk kapasitas penyimpanan dari SimCard.
            Setelah lewat era penipuan melalui SMS yang meminta pulsa namun minta dikirimkan ke nomor lain, kini muncul lagi gangguan berupa SMS berisi penawaran produk barang ataupun jasa. Waktu pengirimannya pun seringkali saat waktu beristirahat. Bayangkan jika Anda sedang tidur dan terbangun oleh dering SMS namun isinya ternyata seperti itu. Sangat menjengkelkan.
            Belum apa-apa, sudah ada dua masalah yang ditimbulkan dari SMS Spam seperti ini, yakni mengganggu waktu istirahat dan menghilangkan kesempatan SMS yang lebih penting untuk masuk. Memang ada kalanya isi penawaran dari SMS itu menarik perhatian kita. Entah karena tawaran harganya atau produknya yang unik, atau memang pas dengan apa yang Anda butuhkan saat itu. Namun, ketika dilihat lagi, nomor yang digunakan untuk mengirim SMS dan nomor kontak yang bisa dihubungi ternyata berbeda.
Di sini sudah terlihat betapa tidak profesionalnya pengirim SMS Spam tersebut. Seorang teman FORSEL yang diajak berdiskusi mengenai hal ini mengatakan bahwa orang seperti itu menggunakan ‘Kartu GSM Perdana’ yang harganya lebih murah, memiliki banyak bonus SMS, dan sebagainya. Setelah pulsa dan bonusnya habis, mereka dengan mudahnya mengganti dengan nomor perdana lain.
Bukti lain ketidakprofesionalan pengirim SMS Spam adalah program yang digunakan untuk mengirim SMS tersebut rata-rata versi Trial yang gratis atau justru bajakan. Beberapa ‘korban’ mengaku kesal karena menganggap mereka adalah penggangu yang ingin mendapatkan keuntungan, tapi tidak mau mengeluarkan banyak biaya atau usaha. (*)

SPAM dari Masa ke Masa

Awalnya, istilah SPAM muncul untuk menandakan email yang tidak jelas asal-usulnya. Beberapa berisi penipuan seperti mendapatkan warisan jutaan dollar dari sodara jauh yang meninggal di luar negeri, hingga pesan yang berisi berita bohong atau hasutan.
            Di era sekarang, SPAM seperti itu mulai berkurang, dan mulai berarah ke segi bisnis marketing. Dan selain media SMS dan email sebenarnya masih ada model marketing yang lebih tradisional. Jika belum tahu, coba lihat ke halaman atau pagar rumah Anda. Ingat-ingat apakah ada brosur atau selebaran ‘nyasar’ di sana. Atau bagi pengendara motor, di jalanan saat berhenti seringkali diberikan selebaran-selebaran promosi atau apapun jenisnya.
            Jika dibandingkan dengan SMS Spam, metode tradisional seperti itu lebih terhormat dari banyak hal. Pertama, mereka menjelaskan nama, instansi, dan nomor kontak yang jelas pada tiap selebaran atau brosur yang dibagikan. Kedua, kadang terjadi proses take and give saat Anda menerimanya. Misalnya di jalan, Anda bisa saja menolak secara halus selebaran tersebut karena Anda sudah tahu bahwa Anda tidak butuh.
Yang ketiga, mereka bisa menyasar konsumennya secara jelas. Misalnya untuk selebaran di jalan yang umumnya berisi penawaran lokasi ‘Spa’, maka yang dipilih adalah pengendara motor laki-;laki. Sedangkan brosur katalog pusat perbelanjaan, biasanya ‘dilemparkan’ ke halaman perumahan mewah atau daerah yang ramai.
Sedangkan yang terakhir, para pengirim SMS Spam tersebut mengeluarkan modal yang sangat sedikit (untuk yang menggunakan program gratisan dan gonta-ganti nomor perdana) dibandingkan lainnya. (*)
           
SMSCaster
Program PC inilah yang paling banyak digunakan oleh pengirim SMS ‘spam’ yang kita terima. Secara aturan, program ini tidak melanggar aturan. Toh SMS yang dikirim menggunakan pulsa dan fungsi aslinya adalah untuk membuat semacam ‘broadcast message’.
Uniknya, harga yang harus dikeluarkan untuk program ini sebenarnya cukup mahal. Untuk lisensi per bulan saja harus merogoh kocek sekitar Rp300.000, Rp600.000 untuk lisensi tiga bulan, Rp900.000 untuk enam bulan, dan setahun membutuhkan biaya Rp1.200.000. Biaya yang tidak kecil mengingat untuk bisa menggunakannya masih membutuhkan perangkat komputer, ponsel dengan koneksi menggunakan kabel data, bluetooth, atau infra merah, dan tentunya pulsa untuk mengirim SMS.
Memang ada opsi untuk lisensi seumur hidup, yakni sekitar Rp1.800.000, namun tetap saja terhitung mahal. Apalagi itu adalah harga untuk program GSM Standard, sedangkan GSM Enterprise bisa dua kali lipatnya.
Seperti dikatakan di awal, program seperti ini tidaklah salah. Yang salah adalah pengguna yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan program ini untuk ‘menggangu’ orang lain melalui SMS yang belum tentu dibutuhkan. Faktanya, hampir semua SMS ‘sampah’ yang terkirim memiliki tulisan “SMSCaster atau Sent by SMSCaster” yang menandakan pengirimnya menggunakan versi Trial.
Sekali lagi, jika pengirim SMS tersebut membeli lisensi semahal itu, bisa dipastikan penggunanya adalah sekelas perusahaan yang bisa lebih bertanggung jawab, dan bukan sales perorangan yang belum diketahui kredibilitas produk atau jasa yang dijualnya. (*)

Delete dan Block

            Bagi Anda yang merasa menjadi korban dari SMS Spam seperti itu, Anda bisa meyakinkan diri untuk menghapus tiap SMS yang diawali kata ‘SMSCaster’ misalnya. Memang sebagai manusia normal, wajar untuk penasaran akan isi SMS yang terkirim, namun daripada akhirnya Anda kesal, lebih baik langsung saja dihapus dari awal.
            Usaha lainnya adalah memblok nomor SMS pengirim. Sudah banyak aplikasi bawaan ponsel ataupun yang bisa diinstall untuk memblok nomor telepon tertentu. Meski demikian, cara ini tidak terlalu efektif jika pengirim mengganti nomornya secara reguler.
            Untuk pencegahan, biasakan tidak mengisi pulsa elektronik di tempat yang kurang Anda percaya. Sebabnya, banyak penjual pulsa yang secara sengaja menjual nomor-nomor telepon tersebut kepada agen atau sales yang biasa menggunakan SMS Spam. Lebih mudahnya, gunakan saja Voucher Fisik atau layanan M-Banking untuk mengisi pulsa. (*)

No comments:

Post a Comment