(Tulisan ini dimuat pada Majalah FORSEL Edisi #1 2011)
Budi dan Wati, pasangan serasi itu,
tampak sering cekcok. Alasannya, Wati sering kesal karena Budi seringkali tidak
membalas SMSnya, atau SMS yang terkirim seringkali pending. Padahal sebenarnya
Budi merupakan korban dari Spam SMS yang banyak masuk ke ponselnya. Ponsel budi
yang memang terbilang jadul itu pun tak kuasa menampung puluhan SMS ‘sampah’
yang masuk tiap hari. Akibatnya SMS dari Wati seringkali ‘nyangkut’.
Kisah
di atas bukanlah tidak mungkin terjadi. Di saat gempuran ponsel pintar ataupun
ponsel Cina yang murah meriah, masih banyak pengguna ponsel yang kapasitas
Inbox-nya terbatas. Jika dikombinasikan, total SMS yang bisa ditampung biasanya
tak lebih dari lima puluh, dan itupun sudah termasuk kapasitas penyimpanan dari
SimCard.
Setelah lewat era penipuan melalui
SMS yang meminta pulsa namun minta dikirimkan ke nomor lain, kini muncul lagi
gangguan berupa SMS berisi penawaran produk barang ataupun jasa. Waktu
pengirimannya pun seringkali saat waktu beristirahat. Bayangkan jika Anda
sedang tidur dan terbangun oleh dering SMS namun isinya ternyata seperti itu.
Sangat menjengkelkan.
Belum apa-apa, sudah ada dua masalah
yang ditimbulkan dari SMS Spam seperti ini, yakni mengganggu waktu istirahat
dan menghilangkan kesempatan SMS yang lebih penting untuk masuk. Memang ada
kalanya isi penawaran dari SMS itu menarik perhatian kita. Entah karena tawaran
harganya atau produknya yang unik, atau memang pas dengan apa yang Anda
butuhkan saat itu. Namun, ketika dilihat lagi, nomor yang digunakan untuk
mengirim SMS dan nomor kontak yang bisa dihubungi ternyata berbeda.
Di
sini sudah terlihat betapa tidak profesionalnya pengirim SMS Spam tersebut.
Seorang teman FORSEL yang diajak berdiskusi mengenai hal ini mengatakan bahwa
orang seperti itu menggunakan ‘Kartu GSM Perdana’ yang harganya lebih murah,
memiliki banyak bonus SMS, dan sebagainya. Setelah pulsa dan bonusnya habis,
mereka dengan mudahnya mengganti dengan nomor perdana lain.
Bukti
lain ketidakprofesionalan pengirim SMS Spam adalah program yang digunakan untuk
mengirim SMS tersebut rata-rata versi Trial yang gratis atau justru bajakan.
Beberapa ‘korban’ mengaku kesal karena menganggap mereka adalah penggangu yang
ingin mendapatkan keuntungan, tapi tidak mau mengeluarkan banyak biaya atau
usaha. (*)
SPAM dari Masa ke Masa
Awalnya,
istilah SPAM muncul untuk menandakan email yang tidak jelas asal-usulnya.
Beberapa berisi penipuan seperti mendapatkan warisan jutaan dollar dari sodara
jauh yang meninggal di luar negeri, hingga pesan yang berisi berita bohong atau
hasutan.
Di era sekarang, SPAM seperti itu
mulai berkurang, dan mulai berarah ke segi bisnis marketing. Dan selain media
SMS dan email sebenarnya masih ada model marketing yang lebih tradisional. Jika
belum tahu, coba lihat ke halaman atau pagar rumah Anda. Ingat-ingat apakah ada
brosur atau selebaran ‘nyasar’ di sana. Atau bagi pengendara motor, di jalanan
saat berhenti seringkali diberikan selebaran-selebaran promosi atau apapun
jenisnya.
Jika dibandingkan dengan SMS Spam,
metode tradisional seperti itu lebih terhormat dari banyak hal. Pertama, mereka
menjelaskan nama, instansi, dan nomor kontak yang jelas pada tiap selebaran
atau brosur yang dibagikan. Kedua, kadang terjadi proses take and give saat Anda menerimanya. Misalnya di jalan, Anda bisa
saja menolak secara halus selebaran tersebut karena Anda sudah tahu bahwa Anda
tidak butuh.
Yang
ketiga, mereka bisa menyasar konsumennya secara jelas. Misalnya untuk selebaran
di jalan yang umumnya berisi penawaran lokasi ‘Spa’, maka yang dipilih adalah
pengendara motor laki-;laki. Sedangkan brosur katalog pusat perbelanjaan,
biasanya ‘dilemparkan’ ke halaman perumahan mewah atau daerah yang ramai.
Sedangkan
yang terakhir, para pengirim SMS Spam tersebut mengeluarkan modal yang sangat
sedikit (untuk yang menggunakan program gratisan dan gonta-ganti nomor perdana)
dibandingkan lainnya. (*)
SMSCaster
Program
PC inilah yang paling banyak digunakan oleh pengirim SMS ‘spam’ yang kita
terima. Secara aturan, program ini tidak melanggar aturan. Toh SMS yang dikirim
menggunakan pulsa dan fungsi aslinya adalah untuk membuat semacam ‘broadcast
message’.
Uniknya,
harga yang harus dikeluarkan untuk program ini sebenarnya cukup mahal. Untuk
lisensi per bulan saja harus merogoh kocek sekitar Rp300.000, Rp600.000 untuk
lisensi tiga bulan, Rp900.000 untuk enam bulan, dan setahun membutuhkan biaya
Rp1.200.000. Biaya yang tidak kecil mengingat untuk bisa menggunakannya masih
membutuhkan perangkat komputer, ponsel dengan koneksi menggunakan kabel data,
bluetooth, atau infra merah, dan tentunya pulsa untuk mengirim SMS.
Memang
ada opsi untuk lisensi seumur hidup, yakni sekitar Rp1.800.000, namun tetap
saja terhitung mahal. Apalagi itu adalah harga untuk program GSM Standard,
sedangkan GSM Enterprise bisa dua kali lipatnya.
Seperti
dikatakan di awal, program seperti ini tidaklah salah. Yang salah adalah
pengguna yang tidak bertanggung jawab dalam menggunakan program ini untuk
‘menggangu’ orang lain melalui SMS yang belum tentu dibutuhkan. Faktanya,
hampir semua SMS ‘sampah’ yang terkirim memiliki tulisan “SMSCaster atau Sent
by SMSCaster” yang menandakan pengirimnya menggunakan versi Trial.
Sekali
lagi, jika pengirim SMS tersebut membeli lisensi semahal itu, bisa dipastikan
penggunanya adalah sekelas perusahaan yang bisa lebih bertanggung jawab, dan
bukan sales perorangan yang belum diketahui kredibilitas produk atau jasa yang
dijualnya. (*)
Delete dan Block
Bagi
Anda yang merasa menjadi korban dari SMS Spam seperti itu, Anda bisa meyakinkan
diri untuk menghapus tiap SMS yang diawali kata ‘SMSCaster’ misalnya. Memang sebagai
manusia normal, wajar untuk penasaran akan isi SMS yang terkirim, namun
daripada akhirnya Anda kesal, lebih baik langsung saja dihapus dari awal.
Usaha lainnya adalah memblok nomor
SMS pengirim. Sudah banyak aplikasi bawaan ponsel ataupun yang bisa diinstall
untuk memblok nomor telepon tertentu. Meski demikian, cara ini tidak terlalu
efektif jika pengirim mengganti nomornya secara reguler.
Untuk
pencegahan, biasakan tidak mengisi pulsa elektronik di tempat yang kurang Anda
percaya. Sebabnya, banyak penjual pulsa yang secara sengaja menjual nomor-nomor
telepon tersebut kepada agen atau sales yang biasa menggunakan SMS Spam. Lebih
mudahnya, gunakan saja Voucher Fisik atau layanan M-Banking untuk mengisi
pulsa. (*)
No comments:
Post a Comment