Tuesday 19 July 2016

My Soulmate (Part 2)

Hahahahaha...

Itu yang ada dalam pikiran ketika melihat blog ini.

Membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai tulisan kedua, dan 5 tahun lebih untuk mencapai tulisan ini.

Sepertinya, aku memang tidak terlalu suka atau rajin menulis. Setidaknya, menulis untuk konsumsi publik, dan... tidak dibayar.

Hahahahahaha...

Bukan, aku bukan penulis matre, bukan pula penulis sukses.
Bisa menulis? Ya, aku yakin itu. Bagus dalam menulis? Itu masih diragukan.

Bagiku, menulis itu merupakan buah pikiran. Dan pikiran ini seringkali tak mau ketika buahnya diwujudkan dalam tulisan blog. Entah kenapa.

Hmm.. sesuai judul.. ini adalah bagian kedua dari tulisan 'My Soulmate'. Jangan tanyakan ke mana nasib tablet aku terdahulu. Karena sepertinya dia bukanlah pasangan jiwa yang tepat. Toh nasibnya di mana pun kini aku tak peduli.

Lalu, apakah aku sudah memiliki soulmate baru?

Jika dalam bentuk benda mati, jawabannya ada banyak.

Di kamar masih terdapat laptop yang kumiliki sejak jaman kuliah, kira-kira tahun 2007. Dan masih berfungsi 'layak' meski dia mungkin sudah teriak ingin mati saja. Sayangnya, aku masih tak rela.

Ada pula motor kesayangan, yang juga berasal dari jaman kuliah. Memasuki usia 10 tahun, dia memang sudah harus istirahat. Tapi untuk menjualnya, hati ini masih tak rela. Terlalu banyak kenangan pahit maupun manis yang pernah kulalui bersamanya, termasuk masa-masa di saat pertama kali kerja.

Selain itu, sepertinya tak ada gadget atau benda yang setia kupakai. Usianya rata-rata seumur jagung saja.

Oh, aku salah rupanya, pertanyaanmu adalah soulmate baru?

Kalau itu sih, aku punya. Dan dia memiliki nama yang merupakan pemberian orang tuanya. Bukan nama picisan seperti yang kuberi bagi para benda-benda mati yang seringnya memenuhi ruang di sudut kamar atau ruang tamu.

Sulamit

Itu saja yang bisa kuberitahu.
Aku tahu dia sudah cukup lama. Bahkan jauh lebih lama dari para 'soulmate' ku yang benda mati itu.
Tapi kalau dibilang kenal dekat, ya masih hitungan  hari. Tapi aku berharap hari itu bisa menjadi minggu, dan minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun, dan tahun menjadi abad.

Abad? Yakin sekali?

Bagaimana tidak yakin? Waktu itu yang menentukan kita sendiri, soal umur, lain persoalan.

Mengenai 'soulmate' baruku, mungkin aku terlalu pede untuk menyebutnya sebagai pasangan jiwaku.
Ya, tapi kini ada keyakinan yang berbeda di dalam pikiranku, bahwa aku juga ingin menjadi pasangan jiwanya, seperti aku menginginkannya menjadi pasangan jiwaku.

Jadi, kamu Cinta?
Ah, pertanyaan itu tak perlu kujawab. Toh apapun jawabanku, tak perlu kubuktikan padamu.
Bagiku, dia saat ini ada dan bisa mengisi sudut-sudut hatiku yang kosong, dan menjadi tamu yang diharapkan di kehidupan dunia nyata, serta virtualku.

Kapan menulis lagi?
Menulis? Aku selalu menulis, tak pernah berhenti.
Kadang hanya satu paragraf, tak sesekali hanya satu kalimat.
Tapi untuk menulis di Blog ini, aku tak bisa memberi jawaban yang pasti, toh Blog ini - pada akhirnya - tak pernah menjadi konsumsi publik, hanya konsumsi pribadi saja. :)

~ Togarma ~